Selasa, 16 Maret 2010

Perlukah Marah? [SKDAG535]

Amarah tidak pernah muncul tanpa alasan sama sekali, tetapi jarang alasan itu benar atau masuk akal (George Saville).

Seseorang marah tidak mungkin tanpa alasan; ia marah karena ada sesuatu hal yang menjengkelkan, menyakitkan, atau mengecewakannya. Walaupun banyak faktor yang memungkinkan kita untuk marah, tetapi apakah kita akan semudah itu mengumbar nafsu marah kita? Ingatlah saat kita marah, maka kita lebih menggunakan emosi daripada pikiran, sehingga saat itu kita umumnya tidak berpikir panjang, pokoknya hanya ingin meluapkan rasa marah tersebut. Umumnya yang terjadi setelah itu adalah penyesalan, karena pada umumnya marah tersebut menimbulkan berbagai hal negatif, misalnya pertengkaran, pengambilan keputusan yang keliru, tindakan yang salah, dan lain-lain.

Saat kita marah, maka suara kita pun menjadi tinggi dan besar, bahkan seringkali diiringi dengan teriakan, padahal orang yang kita hadapi berada dekat dengan kita. Hal tersebut terjadi karena hati kita merasa bahwa orang itu jauh dengan saya, sehingga saya perlu berbicara keras dengannya.

Dengan memperhatikan berbagai akibat yang muncul, maka kita dapat menyadari bahwa marah itu seringkali tidak memiliki alasan yang masuk akal untuk kita lakukan. Karena itu marilah sebelum mengungkapkan nafsu marah, kita sejenak berpikir: “Apa akibatnya kalau saya marah dengan orang itu? Adakah tindakan yang lebih baik?”. Nah carilah tindakan yang lebih baik daripada kita marah, karena yang rugi adalah kita sendiri. Apalagi bila diri kita sendiri menderita penyakit jantung dan darah tinggi; mungkin kita yang tidak sadarkan diri saat itu. Jadi perlukah marah?

Tidak ada komentar: