Minggu, 30 Juni 2013

Jangan Berlebihan! [SKDAG968]

Sedang benar jangan terlalu bangga, berjalanlah dengan sedikit menunduk.
Sedang salah jangan terlalu risau, berjalanlah dengan sedikit tegak (DAG).

Semua yang kita lakukan dalam hidup ini hendaknya seimbang. Apa yang terjadi bila waktu sekolah kita terlalu banyak main? Mungkin tidak naik kelas. Tetapi apa yang terjadi bila kita terlalu banyak belajar? Mungkin menjadi anak yang kurang gaul dan tidak menikmati masa kanak-kanak sepenuhnya.

Apakah makanan yang paling Anda sukai? Misalnya nasi goreng. Bila saat ini Anda diberi sepiring nasi goreng, pasti Anda melahapnya sampai habis dan mengatakan “enak …”. Bila untuk makan selanjutnya tersedia nasi goreng lagi, mungkin Anda dapat menghabiskannya kembali. Tetapi bila kemudian selama beberapa hari kemudian Anda makan nasi goreng terus, apa yang terjadi? Anda merasa bosan dan nasi goreng itu sekarang menjadi tidak enak lagi.
Jadi jelas kita butuh variasi dalam hidup ini, tidak boleh melebih-lebihkan sesuatu yang kita senangi saat ini, karena kita tetap membutuhkan berbagai hal yang lain.

Demikian juga saat kita bahagia, janganlah kita merayakannya secara berlebihan dan janganlah membuat kita menjadi sombong. Saat kita sedih pun, janganlah terus menerus berduka tanpa henti, karena percayalah bahwa habis gelap akan terbit terang. Kehidupan kita berjalan seperti roda, kadang di atas, kadang di bawah.

Yang penting bagi kita adalah menjaga keseimbangan dalam hidup ini, yang menyangkut berbagai hal, baik kegiatan, pergaulan, hobi yang kita lakukan, dan lain-lain. Dengan adanya keseimbangan maka kita dapat menikmati hidup dengan penuh sukacita dan ucapan syukur. Amin …

Penyelesaian Masalah [SKDAG967]

Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati tenang dan sikap ramah lah yang dapat menyelesaikan masalah (anonim).

Bila kekerasan dilawan dengan kekerasan, maka yang ada adalah kehancuran, karena terjadi benturan atau perpecahan. Tetapi bila kekerasan dilawan dengan kelembutan, maka kekerasan itu menjadi tidak berdaya, karena dibungkus dan diliputi dengan kelemah-lembutan. Agar masalah yang kita hadapi dapat diselesaikan dengan baik, maka janganlah menggunakan kekerasan, tetapi gunakanlah ketenangan hati, ketenangan kepala, dan keramahtamahan untuk mengatasinya.

Masalah tidak akan selesai, bila kita sedang gugup, tidak dapat berpikir dengan tenang; dalam kondisi seperti ini mungkin saja masalah tersebut malah menjadi semakin besar dan semakin rumit. Kita perlu tenang, karena hal inilah yang membuat otak kita dapat bekerja dengan baik untuk mencari jalan keluar yang benar.


Selain itu kita juga perlu berpikir positif, pertama yakinkan diri bahwa masalah tersebut bukan masalah terbesar sehingga tidak ada jalan keluarnya, kedua percayalah bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam dan membiarkan umat-Nya kebingungan. Tuhan pasti akan turun tangan untuk membantu kita, asalkan kita percaya dan mau menyerahkan masalah tersebut ke tangan-Nya.

Selasa, 25 Juni 2013

Menjadi Manusia Sejati [SKDAG966]

Manusia sejati selalu tersenyum ketika menghadapi masalah, menghimpun kekuatan dalam kesedihan dan mengasah keberanian dengan refleksi diri (Thomas Paine).

Memang tidak ada manusia yang sempurna, karena setiap manusia memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Walaupun demikian marilah kita lihat karakteristik manusia sejati yang diungkapkan oleh Thomas Paine.

Menurut dia, karakteristik pertama manusia sejati adalah “selalu tersenyum ketika menghadapi masalah”. Masalah memang merupakan bagian dari kehidupan; ada yang memandangnya sebagai suatu masalah yang membendung harapannya, tetapi ada juga yang menganggapnya sebagai suatu tantangan atau ujian yang harus dilewati. Manusia sejati tentu menganggap masalah sebagai suatu tantangan, dan ia menghadapinya dengan penuh senyum, karena ia memiliki optimisme, hasil persiapan diri sebelumnya dengan terus belajar dan belajar.

Karakteristik kedua adalah “menghimpun kekuatan dalam kesedihan”. Bila ia menghadapi kegagalan, maka hal itu berarti ia perlu belajar lagi. Dia selalu belajar dari pengalaman yang dihadapinya, agar saat menghadapi hal sama ia dapat mengatasinya dengan tegar.

Karakteristik ketiga adalah “mengasah keberanian dengan refleksi diri”. Manusia sejati bukan orang nekad yang tidak memiliki perhitunga, tetapi ia selalu merefleksikan dirinya, membuat perencanaan matang, dan memperhitungkan resiko untuk setiap langkah yang akan dilakukannya.

Untuk itu marilah kita belajar menjadi manusia sejati, karena sebenarnya kita telah memiliki potensi untuk melakukan hal tersebut. Tugas kita sekarang adalah belajar dan terus mengasah diri untuk menjadi manusia yang lebih baik menuju manusia sejati. Amin …

Selasa, 11 Juni 2013

Mengatasi Niat dan Prilaku Negatif [SKDAG965]

Kembangkanlah kasih sayang setiap hari agar niat negatif tidak timbul. Lakukanlah kebajikan setiap hari agar prilaku negatif tidak muncul (Anonim).

Salah satu kelemahan manusia adalah kedagingan, yaitu semua nafsu jelek, negatif, atau jahat yang ada dalam diri kita. Kita cepat menjadi marah saat kendaraan kita disusul orang lain, kita menjadi kecewa dan sakit hati, saat dinasehati orang lain, dan banyak contoh yang lainnya.

Tentu saja hal ini perlu kita lawan atau atasi agar tidak mengganggu masa depan dan menjadi penghambat keberhasilan kita. Hal ini kita lakukan dengan dua cara, yaitu (1) berserah dan memohon kepada Tuhan untuk membantu kita dan (2) melatih prilaku kita untuk melawan nafsu kedagingan tersebut.

Langkah pertama kita lakukan dengan selalu memohon bimbingan Tuhan dalam setiap langkah kehidupan kita. Biarkan Tuhan bekerja untuk membimbing langkah-langkah yang akan kita lakukan. Langkah kedua kita lakukan dengan terus mengembangkan kasih sayang dan melakukan kebajikan kepada sesama; hal inilah yang akan mencegah agar niat atau perilaku negatif tidak muncul.


Untuk itu marilah kita terus melatih diri terus menerus agar kita dapat menjadi manusia yang lebih baik, dikasihi sesama dan terlebih lagi dikasihi Tuhan. Amin. 

Kamis, 06 Juni 2013

Utamakan yang Penting [SKDAG964]

Banyak dari kita menghabiskan waktu terlalu banyak pada hal-hal yang mendesak hingga melupakan hal yang penting (Stephen Covey).

Dalam melakukan pengelolaan waktu, banyak orang yang terjebak pada hal-hal yang mendesak (urgent), bukan pada hal-hal yang penting (important) lagi. Hal ini terjadi karena kita sebenarnya tidak memiliki pola pengelolaan waktu yang baik.

Covey mengatakan bahwa kita perlu memusatkan perhatian kita pada hal yang penting sebelum ia menjadi mendesak, artinya kita perlu menyelesaikan masalah penting sedini mungkin, sebelum menjadi mendesak. Kenyataannya sekarang kita mengutamakan untuk menyelesaikan hal-hal penting yang sudah mendesak, sehingga karena keterbatasan waktu jelas hasil yang kita peroleh dari penyelesaian hal tersebut menjadi tidak optimal.

Sedangkan waktu kita yang dipakai untuk menyelesaikan hal-hal tidak penting, baik mendesak maupun tidak, perlu kita kurangi. Contoh kegiatan yang termasuk kategori ini adalah menerima sms atau bbm yang masuk padahal saat itu kita sedang rapat, bermaing games terus menerus, memikirkan hal-hal lain yang tidak produktif, dan lain-lain.

Jadi yang perlu kita lakukan adalah selesaikan seluruh tugas penting sebelum menjadi mendesak, sehingga kita memperoleh hasil yang optimal. Selain itu kita juga perlu untuk meninggalkan hal-hal yang tidak penting.

Rabu, 05 Juni 2013

Cahaya Tuhan … [SKDAG963]

Cahaya Tuhan tidak pernah berhenti menerpa kita, tetapi kitalah yang sering menutup jendela (Teddy Prasetya).

Tuhan selalu dan pasti memperhatikan seluruh tindakan kita. Dia mengetahui saat kita sedang menghadapi masalah, dan Dia tentu saja tidak tinggal diam, tetapi memberikan berkat dan karunia yang kita butuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Kasih dan kebaikan-Nya selalu bersinar ke arah kita; itu semua adalah cahaya Tuhan bagi kita. Tetapi yang sering terjadi adalah kita yang menutup diri dari cahaya-Nya. Kita tidak mau tahu akan rencana Tuhan karena kita terfokus pada rencana diri sendiri.


Seringkali kita hanya berpikir jangka pendek dan ingin agar semua keinginan kita terjadi secara instant, padahal Tuhan yang maha segalanya telah mengetahui semua yang kita butuhkan. Dia akan memberikan semuanya, tentu saja sesuai kehendak-Nya bukan menurut kehendak kita, tepat pada waktunya dan indah pada akhirnya. Percayalah Tuhan tidak pernah membuat rancangan kecelakaan, tetapi semua rencananya adalah rancangan sukacita yang penuh dengan kebahagian. Sekarang tinggal bagaimana cara kita menanggapi semua hal tersebut?