Kamis, 30 September 2010

Bersyukur Dalam Segala Hal [SKDAG189]

Jika keadaan berjalan sesuai kehendak kita, maka dengan mudah kita dapat bersyukur. Bagaimana bila kita dalam kesulitan/kegelapan?
Tuhan menginginkan kita bersukur dalam segala hal.

Pada saat semua rencana dan keinginan kita terwujud, maka dengan mudah kita dapat bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan, dan mengatakan ”Terimakasih Tuhan, Engkau sungguh baik ... Aku bersyukur kepada-Mu”. Tetapi apa yang terjadi pada saat kita sedang sakit, perekonomian terpuruk, dan sedang menghadapi berbagai hal yang tidak kita inginkan? Sanggupkah kita juga bersyukur pada saat kondisi seperti ini?

Sebelumnya marilah kita lihat dulu mengenai dua hal berikut:
1. Allah kita adalah Allah yang maha pengasih; Dia mengasihi seluruh umat-Nya, tanpa membeda-bedakan berdasarkan perbuatan kita, agama, suku bangsa, dan lain-lain. Dia memberikan hujan dan sinar matahari kepada semua orang. Dia pun pasti tidak pernah membuat rancangan duka cita untuk kita, tetapi Dia membuat rancangan kedamaian yang indah dan terwujud tepat pada waktunya.
2. Rencana manusia seringkali tidak sesuai dengan rencana Tuhan; rencana kita biasanya bersifat jangka pendek dan lebih mementingkan diri sendiri, sedangkan rencana Tuhan bersifat jangka panjang dan universal.

Berdasarkan ke dua hal tersebut, maka sudah seharusnya kita selalu bersyukur kepada Tuhan dalam segala hal; semua kesusahan atau kebahagiaan perlu kita persembahkan kepada-Nya. Misalnya saat Anda diberhentikan dari pekerjaan, maka saat itu yang ada hanyalah kekecewaaan, boro-boro dapat bersyukur. Ternyata beberapa waktu kemudian Tuhan membukakan jalan, sehingga kita dapat berwirausaha dan mengalami kesuksesan yang luar biasa. Saat itulah Anda baru mengerti mengenai rencana Tuhan dan bersyukur bahwa dulu Anda diberhentikan dari pekerjaan yang lama, karena kalau tidak Anda tidak akan menjadi pengusaha yang sukses.

Jadi marilah kita bersyukur dalam segala hal, karena rencana Tuhan pasti indah dan terjadi tepat pada waktunya. Amin ...

Rabu, 29 September 2010

Indahnya Berbagi [SKDAG631]

Bila masalah tidak kita curahkan ke orang lain, maka akan menumpuk dalam diri kita dan membuat kita menderita. Uang dan ilmu pun hendaknya kita bagikan juga (D. Agus Goenawan).

Laut Mati memiliki kadar garam yang sangat tinggi, sehingga kita tidak tenggelam saat berenang disana. Hal ini terjadi karena air dari Laut Mati (sebenarnya berupa danau) tidak mengalir ke laut lepas, sehingga air terbuang hanya melalui penguapan, dan akibatnya kadar garam dan mineral di tempat itu semakin tinggi, sehingga tidak ada binatang yang dapat hidup disana.

Hidup manusia harus seimbang, bila ada yang masuk maka harus ada yang keluar. Secara fisik bila kita menghirup udara, maka kita pun mengeluarkannya kembali. Demikian juga saat kita makan, sisanya akan dibuang dan hasilnya berupa energi kita pakai, sedangkan yang tidak terpakai tersimpan di dalam tubuh, sebagian besar menjadi lemak. Coba bayangkan apa yang terjadi bila banyak makanan yang masuk ke dalam tubuh kita, tetapi sedikit yang terpakai dan terbuang! Tubuh kita bukan lagi gemuk, tetapi gembrot …

Saat kita memiliki masalah pun, janganlah disimpan dan dipendam dalam diri sendiri karena menyebabkan kita menjadi sakit. Kita perlu bantuan orang lain untuk mencurahkan segala masalah dan keluhan kita, sehingga kita menjadi lapang kembali. Nah bila masalah saja perlu dibagikan bagaimana dengan ilmu dan uang? Mungkin banyak orang yang mau membagikan ilmu, karena ilmu bila dibagikan tidak menyebabkan kita berkurang, malahan ilmu kita pun menjadi bertambah. Tetapi apa yang terjadi bila kita membagikan uang? Memang uang kita berkurang, tetapi percayalah uang kita tidak akan habis, karena rejeki akan mengisi kembali uang yang telah kita alirkan kepada orang lain yang memang membutuhkannya. Janganlah takut untuk membagikan uang kita untuk berbagai tindakan yang benar dan bermanfaat, karena semua harta kita di dunia adalah titipan dari Tuhan. Harta itu tidak dapat kita bawa mati … jadi marilah kita berbagi dan nikmatilah keindahannya. Amin …

Selasa, 28 September 2010

Titik Lemah Manusia [SKDAG188]


Titik lemah manusia yang diserang iblis adalah kekayaan, nafsu dan kehormatan. Sadarilah kelemahan itu dan bentengilah dengan hidup doa yang baik.

Manusia merupakan ciptaan Allah terbaik yang secitra dengan-Nya, tetapi walaupun demikian ternyata manusia memiliki kelemahan yang sering diserang iblis, yaitu kekayaan, nafsu, dan kehormatan. Semua kelemahan ini muncul karena ego manusia sendiri yang bersifat serakah, ingin dihormati, dan ingin menang sendiri.

Ada orang mengatakan bahwa kelemahan manusia, khususnya pria, adalah harta, tahta, dan wanita, yang dapat disingkat menjadi ”hartawan” atau ”3-ta”. Banyak manusia yang jatuh karena mengejar harta atau kekayaan, sehingga dia menghalalkan segala cara untuk memperolah harta tujuh turunan. Hal ini dapat kita lihat banyak pemimpin negara yang jatuh karena harta.

Kemudian ada juga manusia yang tergila-gila dengan kedudukan, kehormatan, atau tahta; demi memperoleh suatu jabatan tertentu maka ia mengorbankan berbagai hal lainnya. Saat ini kita pun dapat melihat banyak calon kepala daerah yang melakukan pembelian suara, dengan tujuan agar dirinya yang terpilih. Selain itu juga tidak sedikit manusia, termasuk olahragawan terkenal dan pemimpin negara, yang jatuh karena faktor wanita; artinya mereka tidak dapat mengendalikan nafsu sex-nya.

Jadi sebagai manusia kita perlu berhati-hati terhadap ketiga faktor kelemahan ini. Kita perlu dekat dan bersandar pada Tuhan yaitu dengan selalu berkomunikasi kepada-Nya melalui doa-doa yang kita lakukan. Bila kita memiliki kehidupan doa yang baik, maka hal ini menjadi benteng bagi kita untuk mengatasi godaan si iblis.

Senin, 27 September 2010

Kekuatan Hati [SKDAG630]

Untuk mengalahkan hambatan dibutuhkan bukan hanya akal dan kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan hati serta bersandar pada Tuhan (D. Agus Goenawan)

Beberapa waktu yang lalu, saya diberi kesempatan oleh Allah untuk naik ke atas Gunung Sinai di Mesir, yaitu tempat Allah memberikan dua loh batu kepada Nabi Musa yang berisikan Sepuluh Perintah Allah. Ternyata perjalanan yang ditempuh tidak mudah, kami harus berangkat tengah malam dari hotel tempat menginap, dan perjalanan diawali dengan naik onta selama hampir dua jam sampai ke satu warung tempat istirahat.

Dari seluruh anggota rombongan, yang berjumlah 45 orang, hanya 25 orang yang siap untuk naik ke atas Gunung Sinai, sedang yang lainnya lebih memilih untuk terus tidur di hotel. Waktu sampai di warung tempat istirahat, ternyata ada seorang bapak dari rombongan lain yang telah turun, tetapi tangannya patah karena jatuh di tangga-tangga gunung batu. Melihat hal ini mungkin ada sebagian orang yang mengalami ketakutan dan berpikir dua kali untuk naik ke atas gunung; selain itu ada juga yang kepalanya pusing dan kecapaian setelah naik onta sehingga memilih untuk tinggal di warung saja daripada meneruskan perjalanan.

Sebagian rombongan yang tersisa meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki tetapi ternyata hanya 11 orang yang akhirnya berhasil mencapai puncak, di antaranya ada dua orang ibu yang sudah berusia di atas 50 tahun dan salah satu di antaranya menderita sakit lutut. Beberapa orang bapak-bapak dan anak muda yang lebih segar ternyata hanya mencapai lereng; apa yang membedakan mereka? Ternyata bukan hanya kekuatan fisik yang dibutuhkan, tetapi kekuatan hati, semangat, dan impian untuk mencapai tujuan (puncak Gunung Sinai), serta tentu saja bersandar kepada kekuatan Tuhan.

Hal yang sama terjadi saat kita menghadapi berbagai masalah, yang mungkin secara logika tidak dapat kita selesaikan. Tetapi dengan memiliki pengharapan dan iman kepada kuasa Allah, maka semuanya dapat terjadi dan terselesaikan dengan baik. Yang perlu kita lakukan adalah tetap setia dan percaya kepada Allah, dan selanjutnya Dia yang akan menyelesaikannya bagi kita secara ajaib. Amin …

Minggu, 26 September 2010

Jalan Tuhan [SKDAG187]

Kita mohon setangkai bunga pada Tuhan, tetapi Ia memberi kaktus berduri.
Kita sedih/kecewa tetapi ternyata kaktus berbunga indah.
Itulah jalan Tuhan: indah pada waktunya.

Saat rencana kita tidak terwujud, kita sering kecewa, bahkan beberapa orang mungkin malahan marah kepada Tuhan, serta mempertanyakan mengapa rencana yang indah dan baik ini tidak terwujud. Kita perlu menyadari bahwa rencana kita tidak sama dengan rencana Tuhan, dan jelas kita juga mengetahui bahwa rencana Tuhan jelas jauh luar biasa di atas rencana manusia.

Yang menjadi masalah apakah kita sanggup berserah dan mengikuti rencana Tuhan tersebut atau kita menjadi marah dan kecewa. Semua tergantung pada kita sendiri; kita yang menentukan. Bila kita kecewa dan marah pada Tuhan, jelas hal ini merupakan hal yang tidak tepat. Sebagai manusia kita dapat kecewa, tetapi sebentar saja, jangan terus menerus. Setelah itu hendaknya kita menyadari bahwa pasti Tuhan memiliki rencana terbaik untuk kita dan Dia melakukannya tepat dan indah pada waktunya.

Saat kita memohon kupu-kupu yang cantik dan indah kepada Tuhan, ternyata Dia memberikan ulat kepada kita. Saat kita sedih dan kecewa, ternyata kita baru sadar bahwa ulat itu sekarang sudah berubah menjadi kupu-kupu yang cantik. Itulah cara Tuhan mewujudkan rencana-Nya, yang mungkin tidak masuk logika manusia. Tugas kita hanyalah berserah pada rencana Tuhan, tetapi jelas bukan menyerah.

Sabtu, 25 September 2010

Penanganan Masalah [SKDAG629]

Masalah dapat Anda anggap sebagai suatu penghalang atau sebagai batu pijakan naik; Anda yang menentukan sendiri.

Masalah merupakan bagian dari kehidupan kita; tidak ada seorang pun yang dalam hidupnya tidak menghadapi masalah. Yang penting adalah bagaimana kita menangani dan memaknai masalah tersebut.

Banyak orang melihat masalah dari sudut pandang negatif; masalah merupakan penghalang untuk maju, hambatan untuk sukses, dan sesuatu yang merusak serta manyakitkan. Tetapi ada juga orang yang melihat masalah dari sudut pandang berbeda; masalah merupakan suatu ujian yang membuat kita belajar dan belajar lagi, sehingga pada akhirnya kita akan menikmati hasilnya, yaitu berhasil naik ke tingkat kehidupan yang lebih tinggi.

Jadi marilah kita melihat bahwa masalah itu bukan penghalang, tetapi merupakan batu pijakan untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Tanpa masalah maka kehidupan kita menjadi statis, karena tidak ada tantangan; jelas hal ini membuat kita terlena dalam zona nyaman, sehingga tidak ada lagi usaha atau inovasi baru yang kita lakukan. Masalah merupakan suatu tantangan atau ujian yang membuat kita berpikir, belajar, dan berusaha untuk menyelesaikannya, sehingga kita mencari cara baru dan melakukan inovasi serta perubahan. Jelas hal ini membuat kita menjadi lebih baik dan mengarah pada kemajuan.

Jumat, 24 September 2010

Jangan Marah, Tetap Setia [SKDAG186]

Semua yang dimulai dengan rasa marah akan berakhir dengan rasa malu (Benjamin Franklin).
Tuhan tidak memilih kita untuk menjadi sukses, melainkan setia (Ibu Teresa).

Manusia akan menjadi bodoh saat tidak dapat mengendalikan emosinya. Saat sedang marah, maka manusia tidak mengandalkan akal sehat lagi, tetapi hanya emosi. Tetapi setelah hal itu terjadi yang muncul hanyalah penyesalan, perasaan malu karena tindakan yang terlanjur telah dilakukan. Untuk mengantisipasi hal itu, maka kiranya sebelum mengumbar emosi, maka kita perlu antisipatif dengan berpikir ”nanti bagaimana”, bukan ”bagaimana nanti”. Prinsip ”nanti bagaimana” bersifat antisipatif, sehingga kita akan berpikir dua kali sebelum mengambil tindakan. Sedangkan prinsip ”nanti bagaimana” menunjukkan bahwa yang penting tindakan saya sekarang, dampaknya tidak usah dipikirkan, lihat nanti saja.

Manusia memang mengejar sukses dalam kehidupannya; banyak yang ingin menjadi kaya, naik pangkat, pendidikan yang tinggi, dan lain-lain. Tetapi Tuhan sendiri sebenarnya tidak memilih kita untuk sukses, sehingga tidak ada jaminan bila kita telah mengikuti Tuhan maka pasti kita akan sukses dan hidup berkelimpahan. Waktu kita mengikuti Tuhan yang penting adalah kesetiaan kita terhadap prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran-Nya. Kesetiaan inilah faktor terpenting bagi Tuhan, dan Dia menginginkan kita tetap setia kepada-Nya dalam segala hal, baik saat bahagia maupun saat menghadapi masalah.

Jadi marilah kita kejar sukses abadi dengan jalan tetap setia kepada Tuhan dan juga memperbaiki diri dengan jalan mengendalikan emosi, terutama tindakan yang kita lakukan saat sedang marah. Amin ...

Kamis, 23 September 2010

Pembentukan Diri [SKDAG628]

Kasih dibentuk saat sedang ditolak
Pengharapan dibentuk saat kita ragu.
Iman dibentuk saat kita menderita.
Itulah cara Tuhan membentuk anak-anakNya.

Bila kita setia mengikuti Tuhan, maka artinya kita mau mengikuti Dia dalam segala kondisi, baik pada saat senang atau bahagia, dan juga pada saat sedih atau menghadapi masalah. Pada umumnya orang memuji Tuhan saat bahagia, tetapi bila sedang menghadapi masalah dan doanya tidak dikabulkan (menurut pendapatnya sendiri), maka ia mulai menghujat Tuhan. Padahal bila kita renungkan, maka kita sadar bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita baik pada saat senang, maupun susah. Dia tetap setia menemani kita, tetapi kita yang malahan sering meninggalkan-Nya.

Saat kita sedang menghadapi masalah, sebenarnya Tuhan sedang membentuk diri kita. Untuk mengasihi orang-orang yang baik pada kita, rasanya tidak ada masalah, tetapi mampukah kita mengasihi sesama, saat orang itu menolak bahkan memusuhi kita? Saat itulah kita sedang dibentuk untuk memiliki kasih yang murni, tanpa syarat, dan tidak mengharapkan timbal balik.

Bila ada kepastian akan hari esok, maka kita tidak memiliki lagi keraguan; artinya pengharapan jelas ada di depan mata kita. Tetapi saat kita menghadapi masalah yang berat, misalnya sakit kanker stadium lanjut, maka dalam pikiran kita muncul berbagai hal: “apakah saya dapat sembuh?”, “apa yang terjadi dengan keluarga atau bisnis saya?”. Saat kita menghadapi ketidakpastian, apakah kita tetap memiliki pengharapan yang positif dan percaya kepada Tuhan yang maha kuasa?

Saat kita diberkati Tuhan, usaha maju, serta keluarga bahagia, maka kita memiliki iman terhadap Tuhan. Tetapi saat kita menderita, apakah iman kita dapat teguh dan percaya bahwa Tuhan sanggup mengatasi semua masalah dan penderitaan kita. Bila kita tetap percaya, berarti iman kita memang kokoh seperti batu karang.

Itulah semua cara Tuhan untuk membentuk diri kita agar menjadi semakin penuh kasih, pengharapan, dan tetap memiliki iman yang kokoh. Percayalah Dia tidak pernah meninggalkan kita barang sedetikpun; Tuhan kita tetap setia menemani langkah-langkah kehidupan kita. Percayalah!

Rabu, 22 September 2010

Pentingnya Doa [SKDAG185]

“Pelayananku adalah doaku" merupakan siasat iblis. Pelayanan sesuci apapun tidak dapat menggantikan saat doa. Carilah waktu untuk hening dan berdoa.

Banyak orang yang sudah terjun dalam pelayanan untuk membantu sesama mengatakan bahwa ”Pelayananku adalah doaku”, maksudnya adalah bahwa dengan melakukan pelayanan ia sudah melakukan hal terbaik untuk sesama, artinya juga sudah melaksanakan perintah Tuhan. Hal ini memang benar, tetapi pelayanan yang kita lakukan tidak dapat menggantikan doa yang perlu kita lakukan untuk berhubungan dengan Tuhan. Saat melayani sebenarnya bila dianalogikan dengan baterai, maka kita sedang mengeluarkan energi – yang suatu saat akan habis. Saat habis tentu saja baterai perlu di-charge kembali; diri kita pun perlu mengalami hal yang sama, yaitu mendapatkan pengisian ulang dari Tuhan, yang akan memberikan semangat baru, pencerahan, petunjuk, berkat dan berbagai hal lainnya yang kita perlukan.

Bila kita melakukan tugas, pekerjaan, atau pun pelayanan hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri, maka suatu saat kita mengalami kejenuhan atau ketidakberdayaan. Nah ... saat itulah kita perlu menghadap kepada Tuhan untuk mendapatkan ’energi’ baru dari-Nya.

Tuhan adalah sumber dari segalanya, karena itu marilah kita selalu menghadap dan bersekutu dengan-Nya untuk menyerahkan segala kelemahan dan kekurangan kita, memohon ampun, meminta kekuatan dan bimbingan. Biarlah dalam doa, kita berkomunikasi dengan Tuhan secara pribadi, dan sediakan juga saat hening agar kita pun dapat mendengarkan suara-Nya, karena prinsip komunikasi adalah dua arah.

Selasa, 21 September 2010

Bersyukurlah Dalam Segala Hal [SKDAG627]

Jiwa yang malas tetap tersesat walau sudah sampai di tujuan.

Jiwa yang tamak tetap mengeluh walau sudah memiliki kekayaan.

Jiwa yang bersyukur, selalu berbahagia bahkan di atas masalah.


Salah satu hal yang sering membuat jatuh adalah ketamakan atau ketidakpuasan akan suatu hal tertentu. Walaupun kita sudah mencapai tujuan yang menjadi cita-cita kita, ternyata kita masih saja berusaha untuk mendapatkan tujuan yang lebih besar. Di satu sisi hal ini baik, karena membuat kita terus berusaha, tetapi hal ini janganlah dijadikan tujuan karena membuat kita menghalalkan segala cara untuk mewujudkannya.


Orang yang sudah memiliki kekayaan jauh di atas kebanyakan orang pada umumnya, tetap tamak dan mengeluh karena merasa kekayaannya belum cukup. Bahkan mungkin ia pun masih menindas orang lain untuk memperoleh kekayaan tersebut. Hal ini tentu saja sangat membahayakan bagi dirinya karena tidak pernah mensyukuri segala hal yang telah dimiliki dan diterimanya.


Marilah kita selalu bersyukur dalam segala hal; saat kita bahagia dan mendapatkan kebaikan kita umumnya mudah bersyukur, walaupun ternyata masih banyak orang yang tidak melakukannya. Tetapi bersyukur harus kita lakukan dalam segala hal, baik suka maupun duka, baik bahagia maupun menderita.


Hal ini dapat kita lakukan dengan jalan mengubah sudut pandang terhadap peristiwa tersebut; dalan NLP, hal ini dinamakan reframing. Misalnya saat kita menderita sakit, maka kita pun tetap dapat bersyukur; tentu saja syukur kita bukan demikian “Tuhan, aku berterimakasih kepadaMu, karena aku sakit”. Tetapi kita dapat bersyukur “Tuhan, pada saat aku sakit, ternyata aku dapat mengalami kasih yang luar biasa dari keluarga, kerabat, dan teman-temanku.”. Carilah hal positif dari peristiwa yang kita alami, termasuk saat mengalami masalah, maka kita dapat bersyukur dalam segala hal.

Senin, 20 September 2010

Penghalang Keberhasilan Terbesar [SKDAG626]

Penghalang keberhasilan terbesar bukanlah kurang kemampuan atau kesempatan tetapi kekurang tanggapan kita sendiri terhadap tugas yang dapat segera kita kerjakan.


Ada dua macam penghalang untuk mencapai keberhasilan, yaitu (1) penghalang eksternal, yang berasal dari luar diri kita, misalnya peraturan, tidak ada dukungan keluarga atau atasan, tidak ada kesempatan dan lain-lain, lalu (2) penghalang internal, yang berasal dari dalam diri kita sendiri, misalnya malas, takut, malu, suka menunda pekerjaan, dan lain-lain.


Kedua macam hambatan tersebut penting untuk segera diatas, tetapi penghalang internal-lah yang perlu lebih dahulu diselesaikan. Kita memiliki kemampuan untuk mengontrol diri kita sendiri, karena itu hanya diri kita sendiri yang dapat mengatasi penghalang internal ini.

Banyak orang mengatakan bahwa ia tidak berhasil karena “kurang mendapat kesempatan”; hal ini perlu diteliti ulang apakah benar demikian atau karena ia sendiri yang menolak kesempatan? Kesempatan ada, tetapi mungkin ia sendiri yang menolaknya karena merasa tidak mampu, malas, atau berbagai alasan lainnya.


Ketidakmampuan dapat diatasi dengan cara belajar terus menerus. Perasaan malu, kuatir dll. juga dapat diatasi dengan berani tampil tanpa memperhatikan komentar negatif dari orang lain. Sebenarnya semua kendali untuk mengatasi penghalang itu ada pada diri kita sendiri, yaitu pada sikap kita dalam menanggapi berbagai tugas dan kesempatan yang ada: “Apakah kita mau menyelesaikan pekerjaan itu dengan sebaik dan secepat mungkin?” atau kita malah menolaknya. Hal inilah sebenarnya yang menjadi penghalang kesuksesan terbesar. Marilah kita kalahkan penghalang tersebut agar kita dapat mencapai kesuksesan.

Minggu, 19 September 2010

Mengasihi Bukan Menakuti [SKDAG184]

Jangan bangga bila seisi rumah / kantor takut pada anda, sebab anda dipercaya Tuhan untuk mengasihi bukan untuk menakuti mereka. Ubahlah cara anda memimpin !

Di perusahaan ada pimpinan yang menggunakan kekuasaannya atau kekerasannya untuk menekan anak buah, tetapi ada juga pimpinan yang dengan lembut dapat membuat anak buah mau bekerja secara optimal. Demikian juga di rumah tangga, ada orang tua yang mendidik anaknya dengan menggunakan kekerasan, tetapi ada juga yang menggunakan kelembutan, dan mendidik dengan penuh kasih. Manakah yang Anda pilih?

Daripada menekan dengan kekerasan jelas lebih baik menggunakan kelembutan yang penuh kasih? Karena Allah sendiri tidak menyenangi kekerasan terhadap sesama; Dia sendiri melakukan segala sesuatu dengan ketaatan dan penuh dengan cinta kasih.

Jadi sebagai murid-Nya maka kita pun wajib melaksanakan tugas kepemimpinan yang sesuai dengan ajaran-Nya, yaitu mengasihi sesama, termasuk juga mengisi musuh kita.

Kamis, 09 September 2010

Prinsip Sukses Kehidupan [SKDAG183]

Prinsip Sukses Kehidupan: ada saat menanam, memupuk, dan menuai yang harus dilakukan. Daripada diam diri lebih baik melangkah walau tergelincir, karena banyak pelajaran disana.

Untuk meraih kesuksesan kita perlu memperhatikan, bahwa kita harus berani melakukan action dari berbagai tahapan tindakan yang telah dipersiapkan. Tanpa action, kita pasti tidak berhasil tetapi dengan berani melakukan action, kita memiliki peluang untuk berhasil. Bahkan seandainya pun tidak berhasil, kita memperoleh suatu pengalaman berharga dari tindakan tersebut.

Kesuksesan itu tidak terjadi secara instant, tetapi melalui perjuangan dengan berbagai tahapan tertentu. Misalnya untuk mendapatkan panenan yang baik, maka kita perlu memilih benih yang baik, melakukan penanaman, lalu tidak lupa untuk memelihara dan memupuknya; akhirnya kita pun dapat melakukan penuaian atau panenan dengan hasil yang luar biasa.

Jelas untuk meraih keberhasilan, kita tidak hanya perlu bekerja keras (work hard), tetapi juga perlu bekerja cerdas (work smart). Gunakan bukan hanya tenaga tetapi juga kecerdasan atau akal yang telah Tuhan berikan. Selain itu kita pun perlu mencintai atau menyenangi pekerjaan tersebut, sehingga kita melakukannya sepenuh hati; prinsipnya ”do what you love and love what you do!”.

Rabu, 08 September 2010

Belajar dari Pengalaman Orang Lain [SKDAG623]

Orang yang menertawakan temannya yang jatuh di depan, adalah orang yang tidak menyadari licinnya jalan yang akan dilalui (Bambang Nur).

Untuk menghadapi suatu masalah baru, kita dapat menggunakan metode trial and error, yang tentu saja mengandung resiko, karena untuk setiap percobaan yang kita lakukan ada resiko kesalahan yang akan terjadi. Bila hal tersebut terjadi maka ada kerugian yang bahkan mungkin juga membahayakan diri kita sendiri atau lingkungan.

Daripada menerapkan metode trial and error ini, maka lebih baik kita belajar dari pengalaman orang lain. Bila dia berhasil, maka kita tinggal mencontohnya dan melakukan berbagai perbaikan agar lebih baik lagi. Bila dia gagal, maka kita belajar dari kegagalan tersebut, dan jangan mengulanginyalagi, tetapi mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Dengan belajar dari pengalaman orang lain, maka kita memiliki jalan pintas untuk mengejar ketinggalan,karena kita tidak perlu buang-buang waktu untuk melakukan berbagai pencobaan. Karena itu kita perlu berempati atas setiap keberhasilan atau kegagalan orang lain, karena kita pun dapat memetik manfaat dari peristiwa tersebut.

Selasa, 07 September 2010

Derita, Kuatir, dan Iman [SKDAG182]

Penderitaan melihat ke belakang, kekuatiran melihat ke sekeliling. Iman melihat ke atas. Imanmu harus seperti perangko melekat hingga tiba di tujuan.

Saat kita berdiri di posisi sekarang, maka ada posisi di belakang, posisi sekarang, sekeliling, dan bagian depan. Demikian juga dengan waktu, ada masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ada yang telah kita lalui, sedang kita jalani saat ini, dan ada yang belum kita lakukan; inilah kehidupan kita.

Masa lalu telah lewat, ada kesuksesan tetapi ada juga kegagalan, ada kebahagiaan tetapi ada juga penderitaan, karena itu janganlah melihat ke belakang karena kita akan terlena oleh masa lalu. Semua pengalaman yang telah berlalu tersebut cukup dijadikan bahan introspeksi untuk lebih maju pada masa mendatang. Selain itu juga jangan selalu menyalahkan masa lalu, posisi kita saat ini memang merupakan hasil dari tindakan kita masa lalu. Bila saat ini kita berada dalam kondisi kurang baik atau sedang mengalami penderitaan, maka kambing hitamnya adalah tindakan kita pada masa lalu, sehingga kita berpikir ”Seharusnya saya tidak memilih A, tetapi B” atau ”Habis waktu itu saya dipengaruhi oleh teman saya”.

Bila kita melihat ke sekeliling, ternyata dimana-mana penuh kemacetan, penderitaan pun selalu ada di sekitar kita dan lain-lain, maka yang ada dalam pikiran kita adalah kekuatiran atau ketakutan yang tidak ada habisnya. Jelas hal ini mempengaruhi kita untuk memperoleh kesuksesan dalam melakukan suatu tindakan.

Daripada fokus pada berbagai hal negatif tersebut, marilah fokus pada iman kita pada Allah. Fokuslah hanya kepada-Nya karena hanya Allah yang mampu melakukan semuanya; bagi Dia tidak ada yang mustahil. Jadi pertahankan dan tingkatkanlah iman kita kepada Allah, karena bersama-Nya kita akan selamat sampai ke tujuan. Amin ...

Senin, 06 September 2010

Keyakinan vs Kesangsian [SKDAG622]

Jika orang berpegang pada keyakinan,maka hilanglah kesangsian. Tetapi jika orang mulai berpegang pada kesangsian, hilanglah keyakinan (Sir Francis Bacon)

Selain hal-hal yang berkaitan dengan iman, maka memang di dunia ini tidak ada yang pasti, semua berubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Untuk menghadapi masa depan tidak ada jaminan bahwa yang kita lakukan pasti akan berhasil; semua tergantung dari persiapan dan perencanaan kita sendiri, dan tentu saja kesesuaian dengan rencana Tuhan.

Untuk menghadapi masa depan, menurut Sir Francis Bacon, kita harus berjalan dengan penuh keyakinan, bukan dengan kesangsian. Bila kita telah men-set dengan pikiran bahwa kita dapat melakukan hal tersebut, maka kita telah memiliki keyakinan untuk melakukannya dengan mantap. Keberhasilan memang belum tentu didapat, tetapi dengan keyakinan kita akan melakukkannya dengan sepenuh hati tanpa ada keraguan atau kesangsian yang mengganggu pikiran kita.

Tetapi bila dalam pikiran kita saja sudah berkecamuk “Pekerjaan ini sulit, saya tidak dapat melakukannya.”, maka yang terjadi adalah apa yang kita pikirkan; semua menjadi gagal, karena kita melakukannya tidak dengan sepenuh hati, tanpa keyakinan.

Jadi lakukanlah semua hal yang kita yakini bermanfaat bagi diri kita dan bagi orang lain dengan penuh keyakinan, tentu saja dengan diiringi doa kepada Allah yang Maha Kuasa. Berusaha maksimal untuk mencapai keberhasilan, tetapi setelah itu serahkan semuanya kepada Allah. Kita perlu berserah kepada-Nya, dan mengimani bahwa keberhasilan atau kegagalan yang kita dapatkan adalah rencana Allah semata. Dan rencana Allah tidak ada yang buruk, semua indah dan tepat pada waktunya.

Minggu, 05 September 2010

Kisah Kasih Allah [SKDAG181]

Saat ini KASIH telah hambar. Lebih banyak orang menyampaikan KISAH (tentang sakit hati, dendam dll.) daripada KASIH. Tugas kitalah untuk menyampaikan KISAH KASIH dari ALLAH.

Pada umumnya manusia memiliki dua karakteristik yang kurang baik, yaitu senang bercerita tentang diri sendiri untuk menunjukkan identitas dan kehebatannya, serta cenderung menyenangi berbagai hal yang negatif, termasuk gossip, keluhan dll. Karena itu manusia cenderung untuk mensharingkan atau mengisahkan kondisi dirinya sendiri terutama menceritakan berbagai hal negatif yang dialaminya.

Sekarang, marilah kita melihat diri kita sendiri: tubuh kita tumbuh setinggi dan sebesar sekarang ini, memakai pakaian yang bagus, telah menyelesaikan pendidikan sampai tingkat tertentu, dapat menikmati inspirasi ini melalui Facebook, dan lain sebagainya. Ternyata banyak hal yang kita miliki, tetapi apakah kita sudah mensyukuri semua hal ini. Darimanakah semua ini kita peroleh? Semua berasal dari Allah yang begitu mengasihi kita. Karena itu marilah kita menceritakan Kisah Kasih dari Allah ini kepada semua orang, agar mereka pun dapat mensyukuri semua hal yang telah dinikmatinya selama ini.

Hal negatif dan kesulitan memang juga merupakan bagian dari kehidupan kita. Untuk semua ini pun kita harus bersyukur, karena berbagai peristiwa negatif tersebut juga membuat kita menjadi berkembang, semakin tahan banting, mampu mawas diri, dan semakin dewasa. Karena itu marilah kita bersyukur dalam segala hal ...

Sabtu, 04 September 2010

Kekuatan Pribadi [SKDAG621]

Kekuatan pribadi diperoleh melalui perjuangan dan penyelesaian masalah (Sidney Newton Bremer)

Pribadi setiap orang berubah berdasarkan pengalamannya selama menjalani kehidupan. Secara positif dengan semakin banyak hal yang telah kita alami, maka pribadi kita pun bertumbuh ke arah yang positif, sehingga kita menjadi semakin arif, kuat saat menghadapi masalah, pantang menyerah dan lain-lain.

Pertumbuhan itu merupakan hasil dari proses kita saat menghadapi berbagai hal, baik yang positif maupun negatif. Saat mengalami suatu hal positif yang menyenangkan dan membahagiakan, hendaknya kita selalu bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan dan mereka yang telah melakukannya kepada kita. Demikian juga saat menghadapi hal yang negatif, kita terus berjuang dan berusaha terus untuk menyelesaikan berbagai masalah yang sedang kita hadapi. Ketabahan dan semangat pantang menyerah ini membentuk diri kita sehingga memiliki kepribadian yang kuat.

Setelah kita memiliki kepribadian yang kuat atau mapan ini, maka hendaknya hal tersebut selalu tercermin dalam tindakan dan perbuatan kita sehari-hari, dan menjadi teladan bagi orang-orang lain.

Jumat, 03 September 2010

Petunjuk Kehidupan [SKDAG180]

Inti PERSAHABATAN adalah PERHATIAN

Inti KASIH adalah PENGORBANAN

Inti KEBAHAGIAAN adalah MEMBERI

Inti HIDUP adalah TUHAN

Marilah kita pahami dan lakukan!


Banyak hal yang perlu kita lakukan agar hidup ini menjadi lebih baik, tetapi seringkali kita tidak tahu bagaimana melaksanakannya, bahkan mungkin juga salah jalan, karena melakukannya dengan cara yang salah. Untuk itulah kita perlu melihat beberapa petunjuk agar kehidupan kita menjadi lebih baik.

Untuk menjalin dan membina persahabatan, maka kita perlu memberikan perhatian kepada sahabat kita. Tanpa perhatian, tidak ada emosi positif yang terlibat, sehingga hubungan jelas menjadi hambar. Kemudian agar kita dapat mengasihi sesama, maka kita perlu siap untuk memberikan pengorbanan. Mengasihi berarti siap untuk memberikan segalanya bagi orang yang kita kasihi, misalnya seorang ibu memberikan segalanya, tenaga, kasih sayang dan lain-lain bagi anaknya.

Kemudian inti dari kebahagiaan adalah kemampuan untuk memberi, apalagi dalam kekurangan. Dalam acara ”Minta Tolong” di salah satu TV swasta, memang tidak mudah untuk meminta pertolongan saat kita terhimpit suatu masalah. Tetapi akhirnya Tuhan membukakan jalan, karena selalu ada orang yang tersentuh untuk memberi bantuan, dan yang memberi bantuan pun ternyata mereka bukan orang yang berkelimpahan harta, malahan seringkali yang hidup dalam kekurangan.

Dalam salah satu episodenya, ada seorang anak kecil yang meminta bantuan untuk menjahitkan baju kakeknya yang robek; beberapa orang yang diminta bantuannya menolak dengan berbagai alasan. Tetapi akhirnya ada seorang ibu yang dengan ramah mau membantu anak tersebut; ia membeli benang dan jarum dulu, lalu menjahitkannya sampai selesai. Bahkan kemudian ia pun membelikan baju koko untuk kakek si anak tersebut. Apakah ibu itu memang orang yang kaya? Ternyata dia pun berkekurangan, pekerjaannya hanyalah seorang pembantu rumah tangga pada pagi hari, dan sore menjadi pengamen; suaminya menderita stroke di rumah kemudian masih ada anak perempuan, yang sudah cerai dengan suaminya, serta seorang cucu perempuan. Ia pun hanya mengontrak rumah tempat tinggalnya yang tidak besar dengan berbagai keterbatasan. Tetapi sungguh luar biasa si ibu tersebut, karena dalam kekurangannya ia memberikan bantuan yang luar biasa bagi si anak yang membutuhkan. Dan ia melakukannya dengan penuh sukacita.

Dan yang terakhir kita pun harus memahami bahwa inti kehidupan adalah Tuhan karena itu kita perlu selalu berkomunikasi melalui doa kepada-Nya, mohon bimbingan-Nya, dan selalu berserah kepada kehendak-Nya. Amin ...

Kamis, 02 September 2010

Manfaat Pengalaman [SKDAG620]

Hidup itu adalah rangkaian pengalaman dan ternyata tanpa disadari setiap pengalaman menguatkan kita (Henry Ford).

Marilah kita lihat keberadaan kita pada saat ini. Darimanakah semuanya? Mengapa saya menjadi seperti sekarang ini? Jelas perjalanan hidup kita sejak dari dalam kandungan, lahir sebagai bayi yang polos, berkembang menjadi remaja, dan menjadi manusia dewasa. Banyak hal yang telah kita alami, banyak orang yang telah berhubungan dengan kita, ada hal yang menggembirakan, tetapi tidak sedikit yang mengecewakan dan menyedihkan. Berbagai pengalaman fisik, seperti jatuh, menderita sakit, maupun pengalaman rohani, seperti mengalami kesembuhan, doa yang dikabulkan, juga mempengaruhi perjalanan hidup kita.

Diri kita saat ini diakibatkan atau dipengaruhi oleh berbagai hal tersebut. Pengalaman menggembirakan membuat kita menjadi bangga dan bahagia, tetapi pengalaman yang mengecewakan membuat kita menjadi sediha, bahkan dapat menjadi luka bathin.

Semuanya memang sudah lewat dan terjadi pada masa lampau, tetapi dampaknya masih kita rasakan sampai saat sekarang, bahkan sampai masa depan. Untuk itu kita pun perlu mengendalikan pikiran dan perasaan kita agar dapat mengambil manfaat dari pengalaman masa lalu tersebut. Pengalaman yang tidak membahagiakan perlu kita eliminasi. Salah satu cara termudah untuk melakukannya, kita bayangkan peristiwa yang tidak menyenangkan tersebut, putar kembali filmnya, lalu stop pada bagian yang ingin kita lupakan, buat menjadi statis (seperti foto), beri bingkai, bayangkan gambar itu menjadi buram, buat menjadi makin kecil, dan akhirnya lemparkan ke tempat yang jauh atau lempar ke matahari sehingga terbakar dan hancur.

Sedangkan pengalaman yang menyenangkan kita buat agar semakin berkesan dengan membuat gambar tersebut menjadi besar, berwarna, hidup, dan libatkan emosi kita pada kejadian tersebut. Biarlah pengalaman positif memperkuat keberadaan kita, sedangkan pengalaman negatif yang membuat kita trauma, perlu kita buang dan tinggalkan. Dan marilah mulai sekarang kita berpikir, berkata, dan bertindak positif karena semua hal ini akan menjadi pengalaman pada masa mendatang. Amin …

Rabu, 01 September 2010

Pemenang Kehidupan [SKDAG619]

Pemenang Kehidupan sanggup untuk tetap
• Manis di tempat yang Pahit
• Kecil meskipun telah menjadi Besar
• Tenang saat ada Badai yang hebat
• Serta terus mengandalkan Tuhan dalam segala perkara.



Kehidupan yang kita jalani penuh dengan berbagai cobaan, tantangan, dan masalah. Kita harus berjuang untuk mengalahkan semua hal tersebut agar kita dapat menjadi pemenang kehidupan.

Karakteristik seorang pemenang kehidupan adalah
1. Manis di tempat yang pahit. Walaupun lingkungan tidak mendukung ide atau pendapatnya serta tidak nyaman bagi dirinya, tetapi ia tetap dapat bertahan dan terus bersikap manis terhadap lingkungan. Prinsipnya ialah untuk mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.
2. Kecil meskipun telah menjadi besar. Artinya ia tidak mudah tinggi hati atas berbagai keberhasilan yang telah diraihnya. Ia memiliki prinsip bahwa semua berasal dari kasih karunia Tuhan, bukan karena usaha pribadinya.
3. Tenang saat ada badai yang hebat. Artinya ia dapat bersyukur dalam segala hal, dan sanggup menghadapi tantangan yang berat; semua dihadapinya dengan tenang dan dijalaninya tetap dengan senyum di bibir. Ia percaya bahwa Tuhan tidak tinggal diam, karena Dia segera turun tangan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
4. Terus mengandalkan Tuhan dalam segala perkara. Hanya kekuatan Tuhan yang mampu mengatasi berbagai masalah, karena itu janganlah mengandalkan pada kemampuan diri sendiri, tetapi selalu berserah kepada Tuhan.

Sudahkah kita menjadi pemenang kehidupan?