Rabu, 28 November 2007

SKDAG84 Sampai dengan SKDAG89

[SKDAG84]
Bukan berapa banyak anda telah bekerja untuk Tuhan, tetapi biarkanlah Tuhan bekerja pada diri anda sebanyak2nya. Jadilah alatNya yg berguna.


Seringkali kita mengatkan bahwa kita sudah bekerja untuk Tuhan. Apakah memang benar begitu ? Rasanya kebanyakan kerja tersebut kita lakukan hanya untuk menyenangkan dan menguntungkan diri kita sendiri. Misalnya saya mau menyumbang untuk pembangunan gereja, tetapi dengan tujuan agar saya dikenal sebagai seorang dermawan.

Marilah kita bekerja untuk Tuhan sesuai dengan kehendakNya. Untuk itu dengar pesanNya dan laksanakanlah kehendakNya. Dengan demikian kita menjadi alatNya yang berguna, karena kita melayani Dia dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, tanpa ada keinginan terselubung di baliknya.


[SKDAG85]
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Confusius). Jangan pernah putus asa !


Tidak ada orang yang tidak pernah gagal. Kita semua pasti pernah mengalami kegagalan, entah dalam hal pendidikan, bisnis, keluarga, bahkan juga dalam pelayanan. Kegagalan tersebut harus jagi pelajaran agar pada masa mendatang kita tidak melakukan kesalahan yang sama.

Tetapi kegagalan tersebut janganlah menjadi beban yang membuat kita terus menerus menyesalinya, dan merasa bersalah sehingga menganggap diri kita tidak layak lagi.
Tuhan menginginkan kita untuk bangkit kembali. Biarlah peristiwa masa lalu menjadi bahan refleksi, tetapi kita tetap harus melangkah ke masa depan. Karena itu janganlah pernah putus asa !


[SKDAG86]
Musisi menciptakan nada. Pelukis membuat lukisan. Mereka melakukannya untuk mencapai puncak kedamaian. Kita harus menjadi seperti yang kita pikirkan (Maslow)


Sesuai dengan talenta yang telah Tuhan berikan kepada kita, maka kita harus mengembangkan dan memanfaatkannya sehingga berguna bagi orang lain. Bila kita melakukannya dengan tulus, maka kita pun akan memperoleh suatu kepuasan tersendiri, yang dikatakan Maslow adalah untuk mencapai puncak kedamaian.

Kita harus menjadi seperti yang kita pikirkan. Sebagai apakah kita menganggap diri kita sendiri ? Bila kita menganggapnya sebagai orang yang baik, maka lakukanlah kebaikan bagi sesama. Bila kita menganggapnya sebagai orang yang berguna, lakukanlah sesuatu yang berguna / bermanfaat bagi orang lain. Bila kita menganggap diri kita sebagai seorang dokter, lakukanlah profesi tersebut dengan sepenuh hati untuk menolong nyawa orang lain.


[SKDAG87]
SESUNGGUHNYA tidak penting berapa lama kita hidup, 1 hari atau 100 th. Yang terpenting adalah apa yang telah kita lakukan selama hidup ini bermanfaat bagi orang lain.


Seringkali kita mengatakan kepada teman yang berulang tahun “Selamat panjang umur!”. Tujuan kita tentu saja baik dengan mengucapkan kalimat tersebut, tetapi apakah menyenangkan bila orang tersebut panjang umur tetapi dalam keadaan sakit, menderita, didera kemiskinan dll ?

Sesungguhnya kita tidak tahu sampai berapakah usia kita. Yang terpenting buat kita adalah memanfaatkan hari-hari yang telah diberikan Tuhan tersebut dengan sebaik-baiknya, agar dapat bermanfaat bagi keluarga, sanak saudara, bangsa dan dunia.

Marilah kita renungkan : “Apa yang sudah saya lakukan selama ini untuk kepentingan sesama ?”. Bila belum ada marilah kita lakukan sekarang, sebelum terlambat !


[SKDAG88]
Kehidupan seperti membuat kabel. Tiap hari kita merajut kawatnya satu per satu sehingga akhirnya kita tidak dapat menghancurkannya. Bangunlah kebiasaan positip agar hidup kita kuat.


Kebiasaan yang dibangun dari kecil sulit sekali untuk diubah. Untuk membuktikan hal tersebut cobala anda jawab pertanyaan saya ini : “Waktu anda memakai baju, tangan manakah yang anda masukkan lebih dahulu ?”.
Pada umumnya kita tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan segera. Kita harus membayangkan proses memakai baju, tangan kanan atau kiri dulu yang kita masukkan. Waktu memakai baju kita tidak perlu berpikir lagi, karena semuanya telah dilakukan oleh otak bawah sadar, karena proses tersebut telah kita lakukan sejak kecil dan telah menjadi kebiasaan.

Sekarang cobalah anda balik cara pemakaian baju yang biasa anda lakukan. Bila biasa tangan kiri dulu yang masuk, sekarang coba tangan kanan dulu yang anda masukkan.
Ternyata agak aneh dan kita melakukannya dengan lebih sulit, dan ada sesuatu yang mengganjal (yang aneh) waktu dilakukan.

Itu semua menunjukkan bahwa kita sulit untuk mengubah kebiasaan yang telah tertanam lama. Bila yang ada dalam diri kita kebiasaan negatif, maka apakah jadinya dengan kehidupan kita. Karena itu marilah kita buang kebiasaan negatif, dan bangun kebiaaan positip agar berguna dan bermanfaat bagi kita dan sesama.


[SKDAG89]
Jika hati seperti air, jangan biarkan ia keruh.
Jika hati seperti awan, jangan biarkan ia mendung.
Jika hati seperti pelangi, hiasi ia dengan iman.
Bersukacitalah senantiasa


Lakukanlah segala sesuatu yang baik dan berguna bagi diri sendir dan juga bagi sesama. Janganlah menyakiti hati orang lain.

Bila anda sedang menghadapi suatu masalah, janganlah marah (apalagi menyalahi Tuhan), tetap cobalah selalu bersyukur dan bersukacita untuk semua hal tersebut. Pikirkanlah manfaat yang kita dapat di balik peristiwa yang tidak mengenakkan itu. Misalnya bila ada pesaing bisnis yang menggerogoti pangsa pasar kita, maka lihatlah ini sebagai rangsangan agar kita memperbaiki diri, baik dari segi produk, promosi dan lain-lain.

Bila kita sakit, cobalah lihat itu sebagai kesempatan untuk beristirahat dan melupakan rutinitas yang biasa kita lakukan.

SKDAG Sudah Mencapai Nomor 100

Tanpa terasa SKDAG (Sms Kasih dari DAG) telah mencapai edisi ke 100 pada tanggal 12 Oktober 2007. Karena saat itu berdekatan dengan Idul Fitri, maka isi dari SKDAG100 pun berkaitan dengan “maaf”.

[SKDAG100]
Mohon maaf menunjukkan kebesaran hati kita pada sesama, tetapi harus dari dalam hati bukan di mulut saja.
Puji syukur karena SKDAG sudah no 100, maaf bila ada yang tidak berkenaan. DAG

Berikut bebarapa komentar dari penerima SKDAG yang juga disampaikan lewat sms.

Ibu Gunawan di Pontianak :

Buah tomat buah nangka.
Enak dimakan sambil ber sms
Tak terduga tak tersangka
Sudah seratus kita ber sms

Menjala ikan kerja nelayan
Jangan lupa keluarga menanti
Ini sms untuk pelayanan
Pasti Tuhan memberkati.

Anita di Bangka :

Bagai landak yg berduri
burung merpati berbulu putih.
SKDAG selalu ku nanti
tenangkan hati tebarkan kasih.

Marina di Bogor :

Selamat pagi, Pak. DAG yg sdh 100 memang harus saya akui itu semua dari Tuhan sendiri yang mau membimbing, mendidik, menegur, dan menguatkan saya. Tuhan menjadikan DAG 100 jadi berkat buat sesama. Amin. GBU.

Ibu Sri (Emak) di Bogor :

Minal aidin maaf lahir batin sucikan dgn saling memaafkan selamat udah sampai 100 coba dibukukan trims Gbu

Wimpy di Jakarta :

Pa, Mohon maaf dari dalam hati. Kami PUJI SYUKUR karena SKDAG sudah no 100, kami berharap tetap berlanjut dan selalu berkenaan.


Demikianlah dukungan dari beberapa rekan yang sangat membesarkan hati saya, dan semakin memotivasi saya untuk terus mengirimkan SKDAG seterusnya. Mohon bantuan teman-teman semua juga untuk menyebarkannya lebih lanjut. Kiranya Tuhan selalu memberkati pelayanan kita bersama. Amin.

Sudahkan Kita Mengasihi Allah dengan Benar?

Allah lebih dahulu mengasihi kita, umatnya yang sangat disayangiNya. Karena itu kita pun harus mengasihi Dia dengan sepenuh hati, tetapi ternyata dalam mengasihi Allah banyak kesalahan yang kita lakukan.

Mengasihi Allah yang salah :
1. Saya mengasihi Allah bila saya dalam keadaan senang dan menerima berkat / karunia / rahmat / kebaikannya. Ini berarti saya mengasihi Allah berdasarkan perasaan. Bila perasaan sedang senang saya sangat mengasihinya, tetapi bila sedang susah, maka mana mungkin saya dapat mengasihinya.
2. Mengasihi Allah dianggap sebagai suatu kewajiban. Kasih terhadap Allah yang seperti ini dilakukan secara kaku, kering, dan disiplin tanpa sukacita. Misalnya karena saya mengasihi Allah dan takut masuk neraka, maka saya setiap minggu harus pergi ke Gereja. Memang pergi ke Gereja, tetapi lebih karena rasa terpaksa bukan muncul dari dalam diri sendiri.

Seharusnya mengasihi Allah yang benar adalah adanya suatu relasi personal / hubungan pribadi antara kita dengan Allah yang penuh komitmen, sehingga muncul suatu keputusan untuk mencintai Allah dengan sepenuh hati, tidak lagi berdasarkan perasaan, atau peraturan atau petunjuk.