Cinta tanpa kebenaran menjadi sentimental. Kebenaran tanpa cinta menjadi dingin dan penuh perhitungan manusiawi. Tanpa cinta dan kebenaran, relasi manusiawi menjadi hampa (Caritas in Veritate, 3)
Cinta merupakan dasar dari relasi antar manusia, yang membuat semua hal tersebut menjadi indah. Cinta membuat kita mau membantu atau menolong orang lain yang sedang membutuhkan. Tetapi di sisi lain hubungan antar manusia juga harus memiliki dasar yang lain, yaitu kebenaran; kebenaran membuat kita menjadi saling percaya dan melakukannya dengan tulus. Kedua hal tersebut, cinta dan kebenaran, sangat dibutuhkan dan perlu hadir bersama untuk membina hubungan antar manusia yang baik dan sehat.
Bila cinta hadir tanpa disertai kebenaran, maka yang ada hanyalah emosional dan sentimental. Dalam hal ini karena cinta, maka kita menghalalkan segala cara untuk membahagiakan orang yang kita cintai; kebenaran tidak diperhatikan lagi, hukum dilanggar, bahkan peraturan agama pun tidak berlaku lagi. Hal inilah yang sebenarnya merupakan ‘cinta buta’.
Di sisi lain, bila kebenaran hadir tanpa disertai cinta, maka yang ada hanyalah penerapan peraturan yang kaku dan dingin. Perasaan tidak berfungsi lagi dalam menerapkan peraturan, sehingga semua harus diterapkan sesuai dengan yang tertulis. Karena penerapan seperti inilah maka sering terjadi keputusan pengadilan yang aneh, misalnya seorang nenek yang sudah tua renta dihukum beberapa tahun penjara karena mengambil buah yang berada di tanahnya sendiri, padahal koruptor yang jelas-jelas merugikan negara puluhan bahkan ratusan milyar hanya mendapat hukuman singkat, yang kemudian juga mendapatkan remisi (pemotongan hukuman) berkali-kali.
Bila keduanya, cinta dan kebenaran, tidak hadir, maka yang ada hanyalah hukum rimba, tidak ada lagi hubungan antar manusia yang perlu diperhatikan. Sekarang kita pilih yang mana? Jelas … membina hubungan antar manusia berdasarkan cinta dan kebenaran secara bersama-sama. Amin ….
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar