Agar dapat selalu bersukacita, kita perlu berlapang dada pada orang lain karena saat itu kita sedang memberi keleluasaan bagi jiwa kita.
Suatu saat ada seorang yang berbeban berat datang pada seorang Guru, dan dia mengutarakan bahwa beban yang dihadapinya sungguh berat dan ia hampir tidak sanggup lagi untuk menanggungnya. Guru yang bijaksana tersebut, dengan tenang mengambil segelas air putih dan sesendok garam, lalu ia memasukkan garam ke air putih dan mengaduknya, kemudian ia meminta orang itu untuk meminum air garam tersebut dan bertanya: ”Bagaimanakah rasanya”, orang itu menjawab: “Asin, Guru …”.
Lalu Guru mengajak orang itu ke danau yang berada di depan rumahnya, lalu memasukkan sesendok garam dan mengaduknya, lalu meminta orang itu untuk mengambil air kolam segelas dan meminumnya. “Bagaimana rasanya?”, kata sang Guru, orang itu menjawab: “Tawar seperti biasa, Guru”. Guru bertanya: “Tadi kan saya memasukkan satu sendok garam di kedua tempat tersebut, apa bedanya? Nah … bila bebanmu pun menjadi berat bila disimpan di tempat yang kecil, tetapi menjadi tidak terasa bila disimpan di tempat yang luas. Jadi agar bebanmu tidak terasa berat, maka kau harus memperluas hati dan jiwa mu …”
Dengan memiliki hati dan jiwa yang luas maka kita pun dapat lebih bersuka cita, tidak memiliki beban, dan hidup dengan damai sejahtera. Tetapi orang picik dan berjiwa sempit, membuat dunia yang luas menjadi kecil bagai lubang got yang gelap, sempit dan buntu. Orang seperti ini hanya akan menemukan duri dan semak belukar di seluruh tempat yang didatanginya; ia tidak pernah mendapatkaan bunga yang cerah atau pun buah yang manis dan harum.”
Mana yang Anda inginkan: berjiwa luas atau berjiwa sempit? Tentu saja Anda telah mengetahui pilihan mana yang terbaik …
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar