Wujud nyata kesediaan bersanding sebagai sahabat adalah dengan menanggalkan selubung basa-basi (Christian A. Baseler).
Seorang sahabat menunjukkan dirinya sesuai dengan kondisi sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi. Sahabat menyenangkan temannya dengan sungguh-sungguh, bukan dengan memakai topeng untuk berpura-pura. Bila melihat temannya melakukan perbuatan yang tidak benar, maka sahabat sejati tidak mendukung temannya, tetapi menasehati, bahkan bila perlu memarahinya.
Sahabat sejati bukan hanya menyenangkan temannya di sisi luar saja, tetapi agar temannya bahagia dan berada di jalan yang benar. Jadi sahabat sejati itu harus polos, tidak memakai selubung basa-basi; sahabat selalu berempati dengan temannya. Bila temannya sukacita, maka ia pun bersukacita, tetapi bila temannya sedang kesusahan, maka ia bersedia membantu dengan sepenuh hati.
Jadi sahabat sejati itu perlu sehidup semati dengan temannya. Bila temannya berbuat salah, maka ia pun turut bertanggung jawab. Di sisi lain banyak orang yang berpura-pura menjadi sahabat; saat temannya populer dan kaya raya maka ia selalu berada di dekatnya, tetapi saat temannya menderita, maka ia pun turut meninggalkannya. Ingatlah … sahabat sejati itu tanpa basa-basi, tidak ada kepura-puraan di antara ke dua belah pihak. Sudahkah kita menjadi seorang sahabat sejati?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar