Sabtu, 03 April 2010

Reaksi Manusia Terhadap Kehilangan [SKDAG546]

Manusia sering bereaksi BERLEBIHAN saat kehilangan harta, anggota keluarga, dan daya tarik, tetapi saat kehilangan Allah karena dosa manusia sering tidak bereaksi sama sekali (Christian AB)

Kehilangan sesuatu yang kita senangi atau yang kita harapkan memang merupakan hal yang kurang menyenangkan, dan pada umumnya reaksi kita pun negatif dan seringkali berlebihan, misalnya menjadi marah, frustasi, jengkel, dan lain-lain.

Coba bayangkan bagaimana reaksi kita pada saat perusahaan kita hancur, rumah terbakar, atau ladang yang sudah menguning terendam banjir? Bagaimana reaksi kita saat kita kehilangan anak yang paling dikasihi atau saat orang tua yang kita cintai menderita sakit parah? Apa yang kita lakukan saat rambut kita mulai rontok, kulit mulai keriput, atau dada yang bidang mulai mengempes? Mudah-mudahan kita semua dapat bereaksi yang tidak berlebihan, misalnya dengan menjadi marah kepada Tuhan dan sesama, atau memikirkannya terus sehingga kita menjadi gila.

Tetapi manusia itu aneh, kadang-kadang bila kehilangan sesuatu yang paling berharga, ia malahan tidak bereaksi negatif sama sekali. Hal itu terjadi saat kita berbuat dosa sehingga kehilangan kemuliaan Allah; bukan Allah yang meninggalkan kita, tetapi kita yang meninggalkan atau membuangNya. Kehilangan kemuliaan Allah merupakan suatu hal yang paling bernilai dan sangat kita harapkan agar dapat memiliki kehidupan kekal, tetapi banyak orang yang rela menukarnya dengan kenikmatan daging, dunia, atau dengan nikmatnya godaan setan. Hal ini merupakan suatu yang aneh kan?

Tidak ada komentar: