Semua yang dimulai dengan rasa marah akan berakhir dengan rasa malu (Benjamin Franklin).
Tuhan tidak memilih kita untuk menjadi sukses, melainkan setia (Ibu Teresa).
Manusia akan menjadi bodoh saat tidak dapat mengendalikan emosinya. Saat sedang marah, maka manusia tidak mengandalkan akal sehat lagi, tetapi hanya emosi. Tetapi setelah hal itu terjadi yang muncul hanyalah penyesalan, perasaan malu karena tindakan yang terlanjur telah dilakukan. Untuk mengantisipasi hal itu, maka kiranya sebelum mengumbar emosi, maka kita perlu antisipatif dengan berpikir ”nanti bagaimana”, bukan ”bagaimana nanti”. Prinsip ”nanti bagaimana” bersifat antisipatif, sehingga kita akan berpikir dua kali sebelum mengambil tindakan. Sedangkan prinsip ”nanti bagaimana” menunjukkan bahwa yang penting tindakan saya sekarang, dampaknya tidak usah dipikirkan, lihat nanti saja.
Manusia memang mengejar sukses dalam kehidupannya; banyak yang ingin menjadi kaya, naik pangkat, pendidikan yang tinggi, dan lain-lain. Tetapi Tuhan sendiri sebenarnya tidak memilih kita untuk sukses, sehingga tidak ada jaminan bila kita telah mengikuti Tuhan maka pasti kita akan sukses dan hidup berkelimpahan. Waktu kita mengikuti Tuhan yang penting adalah kesetiaan kita terhadap prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran-Nya. Kesetiaan inilah faktor terpenting bagi Tuhan, dan Dia menginginkan kita tetap setia kepada-Nya dalam segala hal, baik saat bahagia maupun saat menghadapi masalah.
Jadi marilah kita kejar sukses abadi dengan jalan tetap setia kepada Tuhan dan juga memperbaiki diri dengan jalan mengendalikan emosi, terutama tindakan yang kita lakukan saat sedang marah. Amin ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar