Pada umumnya manusia lebih suka menerima daripada memberi, baik dalam hal uang, ide, perhatian, dan lain-lain. Marilah kita lihat sebuah benih dapat tumbuh menjadi pohon yang besar, karena dia telah memberikan (dalam hal ini berarti mengorbankan) dirinya; tanpa pengorbanan benih tersebut, maka tidak akan ada pohon.Kita pun sudah banyak menerima dari Tuhan, orang tua,dan orang-orang di sekelilling kita. Marilah kita hitung berapa banyak oksigen yang telah kita hirup sejak lahir dan bila dinilai dengan uang, ternyata jumlahnya sangat luar biasa, tetapi apa yang telah kita berikan pada Tuhan? Lalu lihat juga keberadaan diri kita saat ini; semua terwujud karena jasa orang tua, para guru, dan banyak orang lain, serta tentu saja dengan perkenaan Tuhan. Apa yang telah kita berikan pada mereka?
Mungkin kita tidak memiliki kesempatan untuk memberikan sesuatu kepada mereka, tetapi kita dapat melakukannya pada orang lain yang kita temui. Seperti pada film ’pay it forward’, untuk setiap perbuatan baik yang kita terima, bayarlah ke muka, artinya lakukan terhadap orang lain. Berikanlah senyum pada setiap orang yang kita temui, berikan waktu dan perhatian untuk orang-orang yang kita kasihi, berikan dana untuk yang membutuhkan. Dan jangan lupa juga untuk memberikan maaf dan pengampunan kepada orang-orang yang telah menyakiti kita. Lakukanlah semua dengan sukacita dan niscaya kita tidak akan kekurangan. Amin







Manusia dikenali dari apa yang dipikirkannya? Semua yang dipikirkan, keluar dalam bentuk perkataan, dan terwujud dalam tindakan. Sekarang kita akan melihat bahwa topik pembicaraan yang sering kita lakukan akan menunjukkan kualitas diri kita.
Manusia seringkali menginginkan segala sesuatu secara instant, mendapatkan hasil yang banyak atau besar dalam waktu yang singkat. Padahal umumnya semua hal di dunia terwujud karena adanya proses yang membutuhkan waktu untuk mendapatkan hasil.