Dimana ada ketidakaturan, di situlah ada cinta. Keteraturan yang sempurna itu bagaikan kuburan (Anthony de Mello).
Manakah yang lebih baik: keteraturan atau ketidakteraturan? Marilah kita tinjau satu persatu. Saat semua tidak teratur, tentu saja yang terjadi adalah kekacauan (chaos); semua pihak bertindak semaunya demi kepentingan kelompoknya sendiri. Hal ini kita rasakan pada saat euforia pasca reformasi. Masyarakat bertindak semaunya, tanpa memperhatikan hukum dan aturan lagi; maling ayam pun mereka tangkap lalu disiram bensin dan dibakar hidup-hidup.
Tetapi saat semua serba teratur dengan sempurna, mungkin dapat kita gambarkan saat jaman kekuasaan Presiden Soeharto; nah … saat itu kehidupan politik dan masyarakat menjadi statis dan apatis, karena semuanya sudah direkayasa dengan baik.
Memang ketidakteraturan tidak baik, demikian juga dengan keteraturan yang sempurna. Yang dibutuhkan adalah keteraturan yang memiliki fleksibilitas, sehingga semua pihak yang terlibat dapat menunjukkan kreativitasnya dalam berkarya. Hal ini menimbulkan cinta, sehingga ada antusiasme dalam hidup ini untuk selalu menemukan yang baru.
Marilah kita wujudkan hal tersebut dalam kehidupan kita, agar tidak kaku, artinya hanya menjalankan rutinitas dari waktu ke waktu. Tetapi tentu saja tidak bebas semua gua, karena hal ini pun membuat kita tidak punya pola untuk melakukan sesuatu. Dibutuhkan keseimbangan dalam menjalankan hidup ini. Ayo … mari kita wujudkan hidup yang tertata tetapi memiliki keindahan dan cinta!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar