Rabu, 10 Oktober 2012

Memaknai Ketakutan [SKDAG911]


Setiap manusia normal memiliki rasa takut, cemas, gelisah dll, tetapi manusia efektif akan memaknainya secara positif (Kevin Wu).

Hari esok memang tidak ada yang tahu; kita tidak tahu: ”Apakah saya mendapatkan rejeki pada esok hari atau malahan mendapat kecelakaan?”. Karena itu manusia menjadi khawatir, takut, cemaas akan keadaan pada masa mendatang. Tetapi apakah sebenarnya masa depan sedemikian menakutkan atau kejam sehingga kita perlu menjadi takut, cemas, atau gelisah?

Bila kita tidak dapat mengendalikan perasaan negatif tersebut, maka ternyata hal itulah yang akan terjadi pada diri kita pada masa mendatang. Misalnya Tendi besok akan mempresentasikan proposalnya di hadapan dewan direksi; bila Tendi berpikir “Bagaimana kalau besok saya gugup dan tidak dapat menjawab pertanyaan dari dewan direksi?”. Maka esok hari pada saat presentasi, ternyata memang benar Tendi menjadi gugup dan tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dewan direksi.

Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sesungguhnya terjadi dua kali; yang pertama terjadi pada saat kita memikirkannya (baik hal yang negatif maupun positif), dan kedua saat kejadiannya sungguh-sungguh berlangsung. Jadi pada saat kita berpikir dan berperasaan takut, kuatir, atau gelisah, maka terimalah hal tersebut apa adanya dan kita beri makna yang positif. Anda takut, mungkin karena kurang siap, untuk itu marilah segera mempersiapkan diri sejak dini sebelum hal tersebut terjadi. Mungkin juga kita takut karena kekuatiran dalam pikiran saja; untuk itu bayangkanlah kita dapat melakukan hal tersebut secara positif, maka hal inilah yang akan terjadi pada waktunya. Dan jangan lupa untuk menyerahkan seluruh ketakutan dan kecemasan kita ke dalam tangan Tuhan.

Dengan memberi makna positif pada setiap ketakutan yang kita alami, maka kita akan menjadi manusia yang efektif, dan dapat mewujudkan sasaran hidup atau sasaran perusahaan dengan hasil yang maksimal.

Tidak ada komentar: