Setiap manusia normal
memiliki rasa takut, cemas, gelisah dll, tetapi manusia efektif akan
memaknainya secara positif (Kevin Wu).
Hari esok memang tidak ada yang tahu; kita tidak tahu: ”Apakah saya mendapatkan
rejeki pada esok hari atau malahan mendapat kecelakaan?”. Karena itu manusia
menjadi khawatir, takut, cemaas akan keadaan pada masa mendatang. Tetapi apakah
sebenarnya masa depan sedemikian menakutkan atau kejam sehingga kita perlu
menjadi takut, cemas, atau gelisah?
Bila kita tidak dapat mengendalikan perasaan negatif
tersebut, maka ternyata hal itulah yang akan terjadi pada diri kita pada masa
mendatang. Misalnya Tendi besok akan mempresentasikan proposalnya di hadapan dewan
direksi; bila Tendi berpikir “Bagaimana kalau besok saya gugup dan tidak dapat
menjawab pertanyaan dari dewan direksi?”. Maka esok hari pada saat presentasi,
ternyata memang benar Tendi menjadi gugup dan tidak dapat menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh dewan direksi.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sesungguhnya
terjadi dua kali; yang pertama terjadi pada saat kita memikirkannya (baik hal
yang negatif maupun positif), dan kedua saat kejadiannya sungguh-sungguh
berlangsung. Jadi pada saat kita berpikir dan berperasaan takut, kuatir, atau
gelisah, maka terimalah hal tersebut apa adanya dan kita beri makna yang
positif. Anda takut, mungkin karena kurang siap, untuk itu marilah segera
mempersiapkan diri sejak dini sebelum hal tersebut terjadi. Mungkin juga kita
takut karena kekuatiran dalam pikiran saja; untuk itu bayangkanlah kita dapat
melakukan hal tersebut secara positif, maka hal inilah yang akan terjadi pada
waktunya. Dan jangan lupa untuk menyerahkan seluruh ketakutan dan kecemasan
kita ke dalam tangan Tuhan.
Dengan memberi makna positif pada setiap ketakutan yang kita
alami, maka kita akan menjadi manusia yang efektif, dan dapat mewujudkan
sasaran hidup atau sasaran perusahaan dengan hasil yang maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar