Sabtu, 06 Oktober 2012

Ketika Keinginan Diistimewakan [SKDAG910]


Ketidaktaatan terhadap Allah terjadi saat keinginan-keinginan manusia diutamakan dan didewa-dewakan (Warren Wiersbe).

Manusia memang memiliki banyak kebutuhan, dan hal inilah yang memang perlu kita kejar agar tersedia. Janganlah mengejar keinginan, karena memang tidak kita butuhkan saat ini; kita mengejarnya hanya untuk memenuhi hawa nafsu untuk memberi kepuasan pada diri sendiri. Jadi utamakanlah kebutuhan bukan keinginan.

Di sisi lain orang pemasaran berfungsi untuk membuat agar para pelanggannya tertarik untuk mengejar bukan hanya kebutuhan, tetapi juga keinginan, sehingga ia dapat menjual produknya dalam jumlah yang banyak. Karena itu marilah kita - terutama para wanita, untuk mampu menahan diri bila ditawarkan berbagai promosi yang menarik; tanyakanlah kepada diri sendiri: “Apakah barang ini sungguh saya butuhkan? Bila tidak ada apakah saya tidak dapat menyelesaikan suatu tugas tertentu?”. Bila jawabannya ‘ya’, silakan Anda membelinya, tetapi bila jawabannya ‘tidak’, berarti Anda tidak perlu membelinya saat ini.

Bila semua keinginan kita harus terpenuhi, maka manusia tidak pernah akan puas, karena keinginan itu akan selalu muncul. Saat kita memiliki A, kita menginginkan B; setelah B pun kita miliki ternyata kita menginginkan C, demikian seterusnya. Nah bila hal ini terjadi terus menerus, maka berarti kita mengutamakan nafsu yang ada dalam diri kita, hal ini membuat kita menjadi tidak taat kepada Allah. Beberapa dosa pokok pun terjadi karena nafsu seperti ini misalnya gelojoh (ingin makan terus), serakah (ingin memiliki lebih dan lebih lagi), serta sombong (ingin dipandang lebih tinggi).

Tidak ada komentar: