[SKDAG201]
Sukses bukan dasar kebahagiaan. Kebahagiaan dasar dari sukses.
Jika kamu mencintai pekerjaanmu, maka kamu akan sukses. Do what you love and love what you do (Albert Schweitzer).
Sukses bukanlah suatu tujuan akhir, tetapi suatu perjalanan yang terus berlanjut. Bila kita telah mencapai ‘sesuatu’ sebenarnya itu bukan sukses, tetapi suatu prestasi. Bila sukses dianggap sebagai dasar kebahagiaan, maka kita segera berpuas diri dengan prestasi yang telah dicapai.
Janganlah berpuas dengan prestasi yang telah dicapai, dan selalu bersukur atas semua hal tersebut. Tetapi setelah itu bersiaplah untuk meraih sukses / prestasi yang baru, karena bila kita diam saja, maka kita segera akan tertinggal dibandingkan dengan orang lain di sekitar kita, dan kita akan terlindas oleh perubahan yang selalu terjadi setiap saat.
Dengan selalu bersukur, maka hati kita penuh sukacita dan damai sejahtera, sehingga kita memiliki semangat untuk selalu berprestasi dan mengejar sukses / prestasi selanjutnya.
Jadi kebahagiaan adalah dasar dari sukses.
Bila dilihat dengan pekerjaan yang kita lakukan, maka memang jelas kita harus mencintai pekerjaan kita. Tanpa mencintai pekerjaan rutin sehari-hari, maka kita akan bekerja dengan penuh tekanan dan tidak bahagia. Pilihlah pekerjaan yang benar-benar anda cintai, dan berprestasilah secara optimal.
[SKDAG202]
Senyum merupakan bahasa universal, karena itu SENYUM-lah (S1) pada setiap orang.
Jadikan kebiasaan sehingga kita SELALU SENYUM (S2).
Tapi jangan S3: SELALU SENYUM SENDIRIAN.
Istilah S1, S2, dan S3 ini sering saya kemukakan di kelas, terutama waktu mengajar para mahasiswa S2 sebagai guyonan, tetapi tentu saja saya beri keterangan agar mereka tetap meraih S3 setelah selesai S2.
Senyum memang sesuatu yang istimewa, murah meriah tetapi hasilnya luar biasa. Asalkan kita mau bermurah hati untuk membagikan senyum kepada sesama, maka hati pun akan menjadi tentram dan bahagia, karena orang lain pun pasti akan membalas senyum kita. Karena itu marilah kita budayakan senyum, kan bangsa Indonesia sudah dikenal sebagai bangsa yang ramah (walau sering bertengkar dengan sesama yah).
[SKDAG203]
Kebahagiaan seperti tanaman; perlu disiram tiap hari dengan sikap dan tindakan memberi. Ia tumbuh saat kita membantu orang lain, dan akan layu bila kita tidak melakukannya.
Pada tingkat pertama, memang kita merasa bahagia bila kita dapat mencapai suatu prestasi, mewujudkan cita-cita, atau meraih impian. Tetapi pada tingkat yang lebih tinggi, kita pun merasa bahagia bila telah berhasil membantu orang lain untuk mewujudkan prestasi, cita-cita atau impiannya.
Agar kita terus berbahagia, maka marilah terus kita membantu orang lain, siapa pun dia, tanpa memandang suku, agama, bangsa, atau apa pun juga. Semua manusia sama di hadapan Tuhan.
Rekan saya, Fanny berkomentar, bahwa memang kebahagiaan harus kita ciptakan sendiri, jangan menunggu dari orang lain, karena bila demikian maka kita selalu memiliki ketergantungan.
[SKDAG204]
Untuk jadi PEMENANG, jangan lelah mencoba terus, punya tekad yang stabil, terus bekerja, tidak berusaha menghindar, menggunakan panca indra untuk meraih kesempatan.
Mau jadi pemenang atau pecundang, memang itu adalah pilihan kita. Tetapi bila anda ingin jadi pemenang, maka milikilah syarat-syarat tersebut di atas. Kita harus punya motivasi untuk terus maju, pantang menyerah. Bila ada ’penghambat’ maka jangan menghindar, tetapi marilah kita hadapi dengan cerdik, dan jangan sia-siakan seluruh kesempatan yang ada di depan mata, karena kesempatan tersebut mungkin tidak akan datang untuk kedua kalinya.
Rekan saya, Fanny mengingatkan juga bahwa untuk jadi pemenang, kita tetap membutuhkan dukungan orang sekeliling. Jadi milikilah hubungan baik dengan semua orang, karena mereka yang akan menyemangati dan mendoakan kita.
Satu hal lagi juga yang tidak boleh dilupakan adalah selalu berserah dan memohon kepadaNya, karena Dia lah yang empunya semua.
[SKDAG205]
Ubah STRESS menjadi SUKSES ! Belajarlah dari kegagalan masa lalu !
Ubah TRAGEDI menjadi KOMEDI ! Lupakan masa lalu yang pahit dan mari hadapi masa depan dengan penuh sukacita.
Tuhan menciptakan mata kita di depan, artinya kita harus selalu memandang ke masa depan, jangan terus menerus melihat ke masa lalu. Hal ini dapat diibaratkan kalau kita mengendarai mobil, maka mata kita tetap melihat ke depan, tidak terus menerus melihat ke belakang melalui kaca spion.
Pengalaman masa lalu, baik kegagalan maupun keberhasilan, memang menjadi bahan introspeksi bagi kita. Bila dulu kita pernah gagal, maka sekarang saatnya kita belajar lagi untuk meraih sukses.
Kegagalan masa lalu, sudah berlalu dan tidak usah dipermasahkan terus menerus. Masa depan masih panjang menanti peran serta kita bagi sesama dan dunia, maka marilah kita menyongsong masa depan dengan penuh harapan dan suka cita !
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar