Senin, 18 Mei 2009
Minggu, 17 Mei 2009
Tahapan Komunikasi dalam Keluarga
Komunikasi adalah dasar atau inti dari cinta kasih dalam keluarga. Bila tidak ada komunikasi, maka di dalam keluarga tersebut pasti tidak ada cinta kasih. Suami mendiamkan istrinya, demikian juga sebaliknya. Ayah yang tidak pernah berbicara dengan anak-anaknya. Kondisi seperti ini dapat diibaratkan seperti tubuh yang tidak dialiri darah, sebentar lagi pasti akan mati. Komunikasi itu adalah ’darah’ dalam keluarga; dengan adanya komunikasi maka ’darah’ akan mengalir, sehingga keluarga itu akan hidup.
Rm. Alfons Sebatu, Pr., dalam kotbahnya di Gereja Katedral pada hari Minggu, 17 Mei 2009 jam 09.00, mengatakan ada empat tingkatan komunikasi, yaitu :
1. Basa-basi.
Yang terjadi dalam keluarga, hanyalah sapaan singkat, seperti : ”Apa kabar?”, ”Selamat pagi”, yang hanya akan dijawab secara singkat oleh lawan bicara, dan relatif tidak memberikan makna berarti.
2. Informasi
Setingkat di atas komunikasi basa-basi, hanya menyampaikan / menceritakan suatu kejadian, misalnya ”Ada kejadian apa di sekolah hari ini?”, ”Tadi di kantor, pak Direktur marah besar karena ...”.
3. Opini
Tingkatan komunikasi ini lebih tinggi lagi, karena mulai mengungkapkan pendapat pribadi. Seorang istri bertanya : ”Menurutmu, bagaimanakah rasa masakanku hari ini ?”. Sang suami menjawab : ”Wah ... masakan kamu hari ini luar biasa enak, tetapi akan lebih baik bila sedikit ditambah cabai agar lebih pedas”. Nah komunikasi yang terjadi dalam hal ini merupakan berada dalam tahap opini, karena suami mengeluarkan pendapat pribadinya.
4. Pengertian
Tingkatan komunikasi yang tertinggi ini melibatkan perasaan dan pengertian dari kedua belah pihak. Suami yang menyadari bahwa istrinya sedang tidak enak badan akan berkata : ”Ma, walaupun acara ini penting, tetapi Papa menyarankan Mama tidak usah pergi. Lebih baik Mama istirahat, Papa dapat pergi sendiri kok ..”. Dan istri yang penuh pengertian akan menjawab : ”Terimakasih atas pengertian Papa, lain kali pasti Mama akan menemani Papa dalam acara penting ini. Hati-hati di jalan Pa, dan semoga acaranya sukses”.
Komunikasi dalam keluarga akan terjalin dengan lebih baik bila telah mencapai tahapan pengertian. Pengertian juga dapat diwujudkan dalam bentuk sentuhan atau pelukan. Sudahkan hal ini ada dalam keluarga kita ? Semoga ...
Use It or Loose It
Biasanya bila kita memiliki barang yang kita sayangi, maka kita akan menyimpannya dengan hati-hati agar tetap baik dan berfungsi pada saat kita akan menggunakannya di kemudian hari. Tetapi sekarang ada satu hal yang bila tidak kita gunakan, maka kita akan kehilangannya. Apakah itu?
Ada beberapa hal yang memiliki karakteristik tersebut, yaitu (1) Kesempatan, dan (2) Otak. Kesempatan memang hanya datang satu kali dan tidak akan terulang lagi, karena itu bila kita tidak menggunakannya saat kesempatan itu tiba, maka terpaksa kita tinggal menggigit jari karena ia sudah pergi. Untuk itu marilah kita mempersiapkan diri agar bila ada kesempatan, maka kita dapat menggunakannya dengan baik.
Menurut cerita, waktu seorang Professor ingin membeli otak manusia, maka ia akan memilih otak orang Indonesia, karena katanya otak orang Indonesia masih baru, jarang dipakai. Kalau barang yang jarang dipakai memang biasanya masih bagus dan akan dihargai lebih mahal. Tetapi untuk otak hal ini tidak berlaku, karena otak harus digunakan dan diisi terus; bila tidak dipakai maka otak tidak berguna.
Perlu kita ingat juga bahwa otak kita tidak akan pernah penuh; ia sanggup terus diisi dengan berbagai hal. Memori disimpan bukan di dalam sel otak, yang jumlahnya terbatas sekitar 1 triliun sel, tetapi di synapse yaitu perjumpaan antara satu syaraf sel otak dengan syaraf sel otak yang lain. Setiap sel otak dalam waktu satu detik dapat membuat 20.000 synapse; jadi dapat anda bayangkan kapasitas sel otak kita yang luar biasa itu. Dan tentu saja bila dilihat lebih jauh, yang lebih luar biasa adalah Tuhan Allah yang menciptakan semua itu.
Sebagai manusia, tugas kita adalah tidak menyia-nyiakan anugrah Tuhan tersebut, marilah kita menggunakan otak seoptimal mungkin untuk perkembangan diri kita, perkembangan ilmu pengetahuan dan berbagai bidang lainnya.
Jangan buat asumsi yang akan membatasi diri kita, misalnya saya kan sudah tua. Dalam acara Kick’s Andy di Metro TV hari minggu 17 Mei 2009, ditayangkan beberapa orang tua yang memiliki semangat luar biasa, yang kembali kuliah, entah S1, S2, atau pun S3, pada saat usia tua (ada yang usia 60, bahkan ada juga yang berusia 72 tahun). Semangat seperti inilah yang harus menjadi teladan bagi kita semua.